Coba tengok predikat Los Galacticos sebelum memasuki arena di Nou Camp, mereka pemuncak La Liga tanpa tersentuh kekalahan sekali pun sebelum ini di segala ajang, Jose Mourinho bersama pasukannya juga belum pernah kebobolan lebih dari 3 gol.
Namun setelah 90 menit plus sedikit tambahan injury time, Barcelona lah yang tersenyum puas, 5 gol bersarang ke jala gawang Real, membuat Mourinho hanya bisa duduk terdiam, Barca memainkan sepak bola menyerang penuh dominasi nan indah untuk mengajari Madrid bermain sepak bola.
Berangkat dari sana, kami Bola.net menyusun tim terbaik hingga menjelang paruh musim berformasikan formasi ofensif 4-3-3, apa yang kami pilih mungkin akan berbeda dengan pilihan Anda sekalian, namun kami memilih semua berdasarkan ketetapan yang terbilang rumit, berdasarkan nilai rata-rata mereka per pekan, penyelamatan dan jumlah gol yang bersarang bagi kiper, assist, serta gol yang mereka bukukan.

Menjadi salah satu tokoh utama penyebab Spanyol bisa menjadi juara Piala Dunia, melanjutkan penampilannya yang tenang namun begitu menjengkelkan bagi striker lawan, tentu saja dengan kepiawaiannya menjaga gawang Los Galacticos Real Madrid.
Sebelum dibobol Barcelona 5 gol tanpa balas di El Clasico ia menjadi kiper yang paling minim kebobolan, oh ya penghargaan Golden Glove kami yakini bakal menempatkanya ke dalam the best XI FIFA 2010 yang akan diumumkan bulan depan.
Bek Kanan: Dani Alves (Barcelona)
Pos Bek kanan saya berikan pada Dani Alves, ketika sinar Maicon tak kunjung kembali seperti musim lalu, rekan satu negaranya ini siap menggantikan perannya. Sayatan-sayatannya dari sisi kanan Barca kerap menjadi awal terciptanya gol juara bertahan La Liga tersebut.
Selain mahir bertahan dan menyerang, ia juga terbilang multi fungsi, karena bisa ditempatkan sebagai pemain sayap hingga penyerang sayap kanan, salah satu anak emas Guardiola, kemampuannya mengeksekusi bola-bola mati menjadi kartu maut tersendiri untuknya.
Bek: Gerard Pique (Barcelona)
Memilikinya di tim Anda sama dengan mendapatkan kata aman, tentu saja kehebatannya yang begitu disiplin dan garang dalam mengamankan benteng pertahanan setiap tim yang ia bela, tidak hanya di Barcelona juga di timnas pun ia begitu apik.
Salah satu kunci kehebatannya di lini belakang adalah berkat kemampuannya dalam membaca permainan lawan, membuatnya menjadi sosok pemimpin yang kelak siap menggantikan Carles Puyol.
Pique sangat tenang ketika mengambil bola dari lawan, serta menjadi swepper pertahanan hingga ia dijuluki "Piquenbauer" perbandingan yang begitu menyanjung dengan bek legendaris Jerman, Franz Beckenbauer.
Bek: Nemanja Vidic (Manchester United)
Bek Serbia memang selalu khas, berbadan kokoh dan begitu kuat ketika meladeni adu fisik, musim ini ia dipercaya mengenakan an kapten oleh Sir Alex Ferguson, tentu bukan hal yang main-main ketika jabatan itu ada di klub sekelas Setan Merah.
Vidic membentuk tembok kokoh bagi United yang sulit ditembus oleh pemain lawan tak peduli ketika ia harus berduet dengan siapa pun, berapa gol yang diderita Mu di Liga Champions hingga matchday 6 berakhir, jawabnya adalah 1 tentu saja itu tak lepas dari jasa pemain yang satu ini.
Bek Kiri: Gareth Bale (Tottenham Hotspur)
Bale mungkin memang tidak begitu pandai dalam bertahan, namun jangan ditanya ketika ia ditugaskan untuk membantu serangan, crossing-crossing akuratnya akan mengiris pertahanan lawan dari sisi kiri dengan begitu konsisten.
Masih meragukannya, larinya yang begitu cepat ditopang sentuhan gol yang mumpuni membuatnya masuk daftar ini, pemain yang lahir pada 16 Juli 1989 sudah membukukan 10 gol bagi Spurs di segala ajang sejauh musim ni berjalan, salah satu yang paling dikenang tentu hat-tricknya ke gawang Inter di Liga Champions.
Gelandang: Andres Iniesta (Barcelona)
26 Tahun yang lalu pria ini terlahir di Albacete, mungkin tak banyak yang mengira saat itu, bahwa anak itu kemudian bakal sangat menentukan nasib Spanyol di kancah dunia sepak bola.
Mencetak gol kemenangan negaranya di suatu Final Piala Dunia jelas menjadi mimpi kecil Iniesta ketika ia baru mengenal sepak bola, namun fantasinya sejak kecil tersebut akhirnya terwujud ketika ia menjadi pencetak gol tunggal di laga Spanyol versus Belanda bulan Juli kemarin.
Tidak hanya tampil apik sebatas di negara saja, Barcelona pun menjadi klub reguler yang menikmati servis pemain ini, tak salah ketika namanya pun masuk nominasi 3 besar Ballon d'Or yang akan diumumkan bulan depan.
Gelandang: Xavi Hernandez (Barcelona)
Seorang pemain yang benar-benar dianugerahi teknik yang luar biasa, dirigen permainan yang begitu susah disikripsikan dengan berbagai macam kata-kata, terkadang umpannya begitu simpel namun tingkat efektifnya begitu luar biasa.
Bersanding bersama Iniesta untuk berebut Ballon d'Or tahun ini, salah satu alasannya adalah selama Piala Dunia kemarin ia mampu melayangkan 599 umpan secara sempurna, pencapaian tertinggi seorang individu sejak tahun 1966.
Kelemahan seorang Xavi mungkin hanya fisiknya yang kadang terlalu rentan dengan cedera, tentu saja ia sudah berumur 30 tahun, tak jarang lawan-lawannya menghalalkan segala cara untuk menumbangkannya.
Gelandang: Nani (Manchester United)
Sepeninggal CR7 yang hengkang dari Old Trafford musim lalu, dan sementara waktu Wayne Rooney sedang kehilangan sentuhan tajamnya di depan gawang lawan, otomatis nama Nani menjadi tokoh protagonis Setan Merah di musim ini.
Pria bernama lengkap Luis Carlos Almeida da Cunha ini tidak bisa dipandang sebelah mata, hingga hari ini ia telah membukukan 6 gol (5 di Liga, 1 di liga Champions) serta assist yang tak main-main 9 jumlahnya.
Dibandingkan dengan musim lalu, perkembangan Nani terbilang begitu pesat, kini ia telah dewasa secara permainan dan mendapatkan kepercayaan yang konsisten dari sang gaffer, Sir Alex Ferguson.
Pemain Depan: Cristiano Ronaldo (Real Madrid)
Tak usah ditanya mengapa, sudah 17 gol ia bukukan di ajang La Liga hingga jornada 15 berjalan, penampilannya yang meredup di level timnas saat memperkuat Portugal pada Piala Dunia Afrika Selatan ia tebus dengan gemilang di level klub.
Sepakan bola-bola matinya juga begitu maut, selain driblingnya yang begitu memukau ia kerap mampu memompa semangat timnya dengan gaya bermainnya yang eksplosif, dijamin memiliki seorang CR7 akan membuat bek lawan selalu menderita.
Pemain Depan: Lionel Messi (Barcelona)
"Saya tidak paham di mana kalian semua akan bisa mendapatkan pemain yang lebih baik dari mereka bertiga," ucap seorang Guardiola, tentu saja itu merujuk kepada trio Iniesta, Xavi, serta Messi yang tahun ini menjadi 3 besar penghuni nominasi Ballon d'Or.
Messi memiliki kemampuan yang sudah tak terbantahkan, penampilan hebatnya musim lalu masih konsisten ia bawa hingga musim ini di level klub, 17 gol sudah ia bukukan di La Liga, satu-satunya kekurangan yang ia miliki adalah kerap melempem jika sudah berkostum timnas Argentina.
Striker: Zlatan Ibrahimovic (AC Milan)
Tidak perlu meragukan nama yang satu ini pastinya, dirinya dianggap sebagian orang, mampu sendirian mengangkat performa klub sekelas AC Milan hingga paruh musim 2010-2011 ini berjalan.
Seorang pengamat transfer seperti Moggi menyadari betul akan hal ini, ia pernah berceletuk bahwa habit Ibracadabra memang di Serie A, maka tak heran ketika ia kini kembali ke sana ia bisa begitu perkasa, 9 gol sudah Zlatan bukukan hingga giornata 15 Serie A, sementara di liga Champions ada 4 biji dan assist sebanyak 8.
Campione d'Inverno alias juara musim dingin pun bisa digapai Rossoneri, setelah 5 musim sebelumnya selalu ada di bawah bayang-bayang sang tetangga si rival utama Inter, padahal dulu Nerazzurri yang lekat dengan Ibradipendente, kini Milan merasa tak jadi soal menyandang status tersebut.
Pelatih: Jose Mourinho (Real Madrid)
Dengan apa yang telah diraihnya bersama Inter Milan musim lalu sudah tidak perlu meragukan kapasitasnya, motivator serta seorang psikolog ulung dalam menangani sebuah tim sepak bola.
Mourinho musim ini bersaing ketat dengan Pep Guardiola serta Vicente Del Bosque dalam perebutan sebagai manajer terbaik tahun ini versi FIFA, yang akan diumumkan pada bulan depan.
Apa yang ia sajikan dengan Real Madrid di musim ini juga sedikit mengikis anggapan bahwa dirinya hanya bisa bermain pragmatis ultra defensif, mungkin satu-satunya cacat yang dimiliki Mourinho adalah kekalahan telak 5-0 di El Clasico bulan kemarin.
Padahal sebelum laga Big Match itu, Real Madrid berangkat bermodalkan catatan 19 laga tak terkalahkan, baru kebobolan 6 biji gol di kompetisi La Liga, namun satu laga tidak cukup menggoyang rapornya secara keseluruhan musim lalu yang membawa Inter menjadi Treble Winner menaklukkan Eropa.
Cadangan:
Victor Valdes (Barcelona)
Bukan tanpa alasan jika klub sebesar Barcelona hingga hari ini baru kebobolan sejumlah 8 gol saja, prestasi itu tak bisa dilepaskan dari peran seorang Victor Valdes peraih trofi El Zamora La Liga musim lalu ini.
Kecepatan dan refleksnya yang bagus adalah kemampuan kunci kiper ketiga di timnas Spanyol ini untuk mampu mengamankan gawang Barcelona baik di La Liga maupun Liga Champions.
Kiper kelahiran 14 Januari 1982 ini tampil di semua 14 laga liga yang telah dijalani Barcelona. Total sampai saat ini dia telah melakukan 37 kali penyelamatan. Sangat sulit untuk memilih antara Casillas atau Valdes yang menjadi starter namun dari segi karisma dan kepemimpinan ia masih harus banyak belajar dari kiper El Real tersebut.
John Terry (Chelsea)
Lihat apa yang terjadi pada Chelsea, ketika kaptennya ini harus absen akibat cedera yang ia derita, lunglai bak anak ayam yang kehilangan induknya, sempat memimpin 7 poin bersih dari peringkat kedua, kini Chelsea tercecer ke peringkat empat Liga Premier hingga Minggu (12/12).
Gaya bertarung Terry yang kerap habis-habisan begitu krusial artinya bagi The London Blues, Ketika ia tampil fit di awal musim Chelsea mencatatkan rangkaian clean sheet yang panjang di Stamford Bridge. Selain disiplin di belakang kadang ketika ia naik menyambut corner juga sering menjadi senjata rahasia The Blues.
Milos Krasic (Juventus)
Seorang pendatang baru Serie A, namun ia langsung menonjol di Eropa karena gaung kemilaunya yang mumpuni, Juve yang musim lalu berantkan perlahan mulai terangkat, tentu saja tak lepas dari peran Krasic.
Hingga Juventus pun sempat disebut Krasic-dipendente, alias begitu ketergantungan dengan aksi-aksi Krasic, apa yang membuatnya bisa masuk di daftar ini juga dibantu oleh statistik yang ada, ia sudah menyumbang 5 gol serta 5 assist hingga musim ini berjalan.
Rafael Van Der Vaart (Tottenham Hotspur)
Tidak hanya di Liga Inggris namun juga di Liga Champions kemampuan Rafael Van Der Vaart amat menonjol bersama Spurs musim ini, berkebalikan dengan Carvalho, ia justru hidup kembali setelah meninggalkan Santiago Bernabeu untuk pergi ke White Heart Lane.
Bukan catatan yang main-main jika melihat statistiknya saat ini, 11 gol serta 5 assist sudah pria Belanda ini sumbangkan di segala ajang, kekuatannya yang paling menonjol adalah kreativitas serta dribling bolanya.
Jika di antara Krasic atau Iniesta sudah terlalu kelelahan di starter, kehadirannya pasti bisa menjadi suntikan tersendiri bagi tim impian ini.
Ricardo Carvalho (Real Madrid)
Bek tangguh yang seperti terlahir kembali sejak diboyong oleh Jose Mourinho ke Santiago Bernabeu pada musim panas ini, nampaknya memang dirinya begitu cocok bersama Mou buktinya kini Real menjadi salah satu klub paling solid di La Liga.
Carvalho tidak hanya handal sebagai seorang sweeper, terkadang instingnya mencetak gol juga kerap krusial, Sampai saat ini dia telah mencetak 2 gol di La Liga dan selalu menjadi pilihan utama di lini belakang Los Blancos i samping Pepe.
Samuel Eto'o (Inter)
Berat sesungguhnya menempatkan nama ini di daftar cadangan sebab Eto'o kembali menjelma menjadi seorang predator ketika ia digeser ke tengah lagi oleh Rafael Benitez di Inter, hingga Serie A bergulir pada pekan 15, Eto'o telah mengoleksi 9 gol, tak hanya itu di Liga Champions ia sudah mengoleksi 5 biji gol.
Kecepatannya yang tinggi bisa membuatnya melesat dengan cepat meninggalkan bek-bek lawan, situasi satu lawan satu adalah sasaran empuknya, sayang nilai minusnya ia kerap tak mampu mengendalikan emosinya jika sudah frustasi, seperti kala ia menanduk dada pemain Chievo beberapa waktu yang lalu. (kpl/bola)










